Habit Science, Solusi Ketika Motivasi Terhenti

Sumber: Unsplash.com

Sahabat MOCO, pernah nggak kamu menulis rentetan resolusi tahun baru seperti rajin berolahraga, rutin makan sayur, hingga memperoleh indeks prestasi sempurna? Sayangnya, seringkali daftar new year goals tersebut terlupakan dan menjadi tulisan belaka. Jangan-jangan kurangnya motivasi menjadi pemicu dari terbengkalainya resolusimu? Simak penjelasan berikut ya.

Muhammad Fachrizal atau yang akrab disapa Faris telah mengulasnya dalam pelatihan yang bertema, “Motivasi? Overrated! Habit Kuncinya”. Dengan membaca temanya saja tentunya kamu sudah bisa menebak bahwa motivasi saja tidak cukup untuk meraih goal atau tujuan yang diinginkan. Kamu juga perlu membangun kebiasaan yang positif untuk mencapainya.

Faris mengulas sebuah ilmu tentang kebiasaan yang dinamai Habit Science. Dalam Habit Science terdapat tiga poin signifikan yang dapat membantumu membangun rutinitas positif. Apa saja itu?

Pertama adalah cue atau stimulus. Stimulus ini berperan sebagai penggerak bagi otak untuk memerintah tubuh dalam hal melakukan sesuatu. Motivasi dapat digunakan sebagai stimulus yang efisien. Tetapi, tidak berhenti di tahap ini karena kamu harus melangkah ke langkah berikutnya.

Selain motivasi, trigger juga bisa menjadi cara untukmu menciptakan stimulus. Bagi Faris, perasaan dan tempat baru adalah cara terbaik untuk memotivasi dirinya sendiri. Perasaan pun tidak terbatas pada rasa senang saja, perasaan negatif juga bisa memicu diri untuk melakukan perubahan. Sedangkan tempat baru di mana tidak ada orang yang dikenal juga dapat memberikan semangat menciptakan resolusi yang positif.

Tahap selanjutnyaadalah rutinitas. Tidak sedikit yang sudah memiliki motivasi kuat namun gagal di tahap ini. Maka dari itu, kamu harus konsisten dan resisten terhadap berbagai hambatan demi tercapainya tujuan yang sudah kamu susun sejak awal. Faris sendiri merekomendasikan aplikasi Habit Loop untuk memantau rutinitas hariannya. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, kamu dapat menulis kebiasaan apa saja yang ingin kamu lakukan. Kemudian, setiap harinya kamu dapat mencatatnya, apakah sudah dilakukan atau belum.

Misalnya, kamu dapat menulis kebiasaan-kebiasaan seperti “bangun pukul 6 pagi”, “membaca buku 30 menit”, serta “minum air putih 2 liter”. Kemudian, kamu dapat memberikan tanda checklist untuk setiap kegiatan yang kamu lakukan di hari itu.

Setelah berhasil melakukan daftar rutinitas tersebut, kamu akan otomatis mendapat reward. Reward ini bisa dalam bentuk perasaan senang hingga kesehatan yang lebih membaik dari sebelumnya. Kamu pun mulai merasa bangga karena merasa semakin dekat dengan goal yang diinginkan. Feedback berupa opini dari orang lain juga sangat membantumu dalam menjaga konsistensi.

Di akhir pelatihan, Faris menambahkan penjelasannya mengenai kebiasaan buruk dan terasa sulit untuk ditinggalkan. Menurutnya, untuk menghilangkan rutinitas tersebut, Sahabat MOCO dapat mempertahankan trigger dan reward-nya tetapi mengganti aktivitasnya.

Sebagai contoh, seorang perokok sadar bahwa kebiasaannya buruk dan membawa dampak buruk bagi kesehatan. Tetapi ia merasa tidak nyaman kalau tidak merokok dalam satu hari. Oleh karena itu, perlu dipahami apa trigger dan reward yang diperoleh dari merokok. Sebagai contoh trigger-nya adalah rasa gelisah dan ketenangan adalah reward yang ia dapatkan. Maka, ia dapat menggunakan perasaan gundah sebagai stimulus lalu melakukan aktivitas lain yang ia sukai sehingga ia tetap mendapatkan reward serupa yaitu perasaan tenang.

Sebagai penutup, kamu dapat menerapkan Goldilock rules yang menyatakan bahwa manusia mencapai motivasi tertinggi ketika mengerjakan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya, tidak terlalu sulit atau terlalu mudah. Jadi, semangat bagi Sahabat MOCO yang berencana mencapai goals. Mulailah dari hal-hal kecil dan tidak perlu memaksakan aktivitas yang terlalu berat untuk diselesaikan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *